The Most Breathtaking 30 Minutes in My Life – DiBully Anak SD


Berawal notifikasi twitter mention dari @puthid yang ngajakin buat jadi Fotografer/Videografer Kelas Inspirasi, saya jadi tau apa itu Kelas Inspirasi. Instead of daftar sebagai Fotografer/Videografer seperti yang disarankan Puput, saya malah lebih tertarik ikut jadi Pengajar Sehari nya Kelas Inspirasi. Ketika mendaftar, saya gak pernah nyangka bisa se-passionate itu menulis tentang pekerjaan saya sekarang. Saat itu, saat menulis untuk mendaftar di Kelas Inspirasi, saya seperti bisa melihat semua sisi positif pekerjaan saya dan semakin semangat untuk berbagi dengan anak-anak itu.
Akhirnya hari pengumuman relawan pengajar yang diterima oleh Kelas Inspirasi tiba, menunggu e-mail dari Kelas Inspirasi seperti menunggu pengumuman UMPTN rasanya. Atau menunggu jodoh…

“Melalui email ini, atas berbagai pertimbangan maka dengan ini kami sampaikan bahwa Anda terpilih untuk menjadi guru-sehari Kelas Inspirasi pada tanggal 20 Februari 2013″

Saya sedang raker dan Direksi sedang pengarahan, tapi membaca imel dari Kelas Inspirasi yang menyatakan saya lolos jadi relawan, saya hampir melompat kegirangan!!!
Seharian itu saya hanya melihat daftar relawan yang terpilih dan mencari nama-nama yang saya kenal, sekaligus ‘penelitian singkat’ atas nama-nama teman sekelompok saya. Dan ternyata saya sekelompok dengan nama-nama hebat. Saya semakin girang.
Pertemuan pertama dengan orang-orang hebat itu adalah saat briefing. Mengagumkan memang spirit para relawan dan panitia Kelas Inspirasi ini. Saya seperti punya harapan atas semua ke-nyinyiran di dunia saya. Dari segala profesi, segala latar belakang, segala umur. Semua tidak ada yang kurang semangatnya. It was amazing! Saya jadi malu sendiri atas semua kenyinyiran saya.

Semakin mendekati Hari Inspirasi, girang nya saya mulai ditumbuhi kepanikan. Ngajar anak trainee di kantor aja saya suka kehabisan kesabaran. Gimana kalau saya terserang panik dan berubah jadi hulk saat saya menghadapi anak-anak itu? Tapi Tuhan memang sayang sama saya, untuk sekedar mengurangi kepanikan saya, Dia menunjukan jalan melalui ide-ide permainan yang saya temukan dengan keywords:
“How to explain foreign exchange currency to kids?”
Rencananya saya akan mengajak bermain anak-anak ‘Keliling Dunia’. Saya akan mempersiapkan gimmick atau jagoan anak-anak dari beberapa negara, dan mempersilahkan mereka untuk wisata keliling dunia. Anak yang akan keliling dunia, saya berikan uang saku Rupiah, dan mereka harus menukarkan dengan uang yang berlaku di negara tujuan nya ke Bank. Semoga bukan money changer yang ada di benak mereka.
Mulailah pekerjaan tambahan saya di kantor adalah mencari dan mencetak gambar-gambar tokoh, membuat papan kurs dan membuat uang kertas dari berbagai Negara. Semoga bubos gak marah-marah karena tinta warna yang menipis.
Akhirnya Hari Inspirasi tiba. Hampir semaleman saya tidak tidur mencoba mengingat-ingat urutan lesson plan saya. Saya tiba di SD Benhil 01 dengan kondisi yang semakin senewen.
Senewen karena saya harus mengajar anak kelas SATU di JAM PERTAMA.
Jam pelajaran sudah tiba, mau gak mau saya HARUS menyelesaikan masalah saya dengan si “senewen” ini. Beruntung ada Pak Guru Bahasa Inggris yang sedang nangkring di kelas itu. Minimal, kalau anak-anak itu mulai berubah jadi menggila, saya tau harus kemana saya minta tolong.
Saya mencontek Lesson Plan saya, berjalan kedepan kelas. Kemudian…
Hening.
I really don’t know what am I supposed to say in front of those kids. Lesson Plan pun menguap entah kemana. Semua BANG! Berubah menjadi BOOO! di kepala saya. Yang bisa saya lakukan hanya lah menulis nama saya di papan tulis. Itupun setelah saya bertanya kepada Pak Guru apakah mereka sudah bisa membaca atau belum. Dan kata pertama yang keluar dari mulut saya adalah: Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh, dengan sangat pelan bahkan saya tidak dapat mendengar suara saya sendiri. Ini pertama kali saya demam panggung separah itu.
Anak-anak itu menjawab salam saya dengan suara yang sangaaaaaat keraaaaas, dan wajah yang sangaaaaaaat berbinaaaaar.
And then… woooosh…
Demam panggung saya hilang salam sekejap!
Saat saya mulai menunjukan gambar-gambar Spiderman, Batman dan Superman sebagai penghuni Amerika atau Doraemon, Naruto dan Shinchan yang rumahnya di Jepang mereka selalu kompak berteriak. Membuat saya melompat-lompat kegirangan. Literally lompat-lompat.
Saat mencari tokoh yang bisa mewakili Eropa saya sempat kebingungan. Beruntung teman kantor saya menyarankan untuk menggunakan Ronaldo atau Messi. And it was a great idea. Mereka melompat-lompat, bahkan ada yang berdiri dari bangku nya sambil teriak: MESSI! RONALDO! MADRID! BARCA!
Sepak bola memang bahasa universal.
Papan kurs memang tidak saya pasang saat mengajar di Kelas 1. Mereka cukup senang bisa melihat uang dari negara lain. Bahkan berebut kedepan untuk ‘keliling dunia’ dan menukar uang saku rupiah nya menjadi uang negara lain sesuai tujuan nya. It was exhausting lari sana sini ke seluruh penjuru ruangan kelas menemani anak-anak ‘keliling dunia’, tapi  saya senang. Uang-uang rupiah, USD, EUR dan JPY pun beredar dari tangan kecil ke tangan kecil yang lain nya yang berperan sebagai turis-turis atau pegawai Bank. AND IT WAS REALLY FUN! Saya sepanjang kelas itu teriak-teriak, melompat-lompat. Mungkin itu cerminan dari apa yang saya liat karena mereka pun melakukan itu semua.
30 menit pertama itu adalah one of happiest moment in my life.
Berkat anak-anak kelas 1 yang senantiasa memberikan semangat chibi chibi woosh, kelas-kelas selanjutnya seperti sepotong kue coklat yang dengan cepat saya lahap.
Jujur, saya mau nangis rasanya karena anak-anak itu selalu ANGKAT TANGAN dan BEREBUT KEDEPAN. Ini anak-anak kok pada berani-berani dan pinter-pinter amat sik? Semakin mereka semangat saya pun semakin semangat. Celetukan-celetukan mereka seperti obat kuat yang bikin saya tambah JRENG!
“Bu, kalau kerja di Bank gak boleh korupsi ya bu?”
“Bu, temen-temen kantor ibu banyak ya?”
“Bu, ibu jago ngitung uang gak?”
“Bu, aku sering loh ke Bank nabung ditemenin mama”
“Bu, bank itu kok namanya beda-beda?”
“Bu, kalau kerja di Bank sering keluar negeri ya Bu? Harus jago Bahasa Inggris ya?”
“Bu, aku suka berhitung. Aku mau kerja di Bank”
Saat mengajar di kelas 4, saya sempat panik, karena ada 2 orang anak yang berantem dan menangis. Untung saja ibu Guru asli nya datang menyelamatkan saya.
Saya juga sempat dibully di kelas 6. Dibully sama temen kantor sih sering, tinggal saya smash balik. Tapi dibully anak SD? Saya harus gimana? Ardhy, fotografer kelompok kami cuma memandang dengan iba dan tertawa-tawa melihat saya dibully. Bully-an mereka berhenti, karena saya mengajak mereka bermain game ‘keliling dunia’ sekali lagi. Huh, anak sekarang, pinter nge-bully, tapi di ajak main game cemen aja udah lupa sama bully-an nya. Haha.
Tiba saatnya penutupan Kelas Inspirasi di sekolah kami, seluruh anak-anak dikumpulkan di lapangan untuk melakukan pelepasan merpati. Kami, para pengajar memegang masing-masing satu merpati bersama sekelompok anak. Dan saya terharu, saat anak-anak kelas 6 yang tadi mem-bully saya, teriak memanggil-manggil saya “Kakak Chibi!” untuk bergabung melepas merpati bersama mereka. Ternyata bully-an mereka itu pertanda mereka sayang sama saya.
Saya minta mereka untuk berdo’a, dan ‘menitipkan’ do’a dan cita-cita mereka ke merpati kami. Terharu saya saat mereka memejamkan mata dan berdo’a dengan khusyuk diantara teriakan-teriakan anak-anak yang lain di tengah lapangan yang terik. Saat aba-aba merpati dilepaskan, mereka masing-masing berteriak, meneriakan cita-cita mereka ke si merpati. Seakan-akan merpati itu adalah pak pos yang akan menyampaikan cita-cita mereka ke sluruh dunia.
Tuh kan pas nulis ini jadi inget kejadian itu lagi dan saya nangis, dasar cengeng. Already missed them so much.
kakakchibi
Foto-foto by: @antasaru dan @ardhyw
—–
Dokumentasi ini juga dipublikasikan sebelumnya di website Kelas Inspirasi http://kelasinspirasi.org/?page=infoki_blog