Hari ini, Rabu, 20 Februari 2013 bisa jadi menjadi hari yang bersejarah bagi bangsa ini, well, at least bagi saya pribadi.

Ratusan profesional dalam berbagai bidang serentak di enam kota (Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja, Pekanbaru, dan Solo) meluangkan satu harinya untuk mengambil cuti dari pekerjaannya dan berbagi inspirasi lewat profesi mereka masing-masing, kalau kata Ibu Juli relawan panitia Kelas Inspirasi Surabaya yang saat ini menjabat sebagai direktur Ivy School Surabaya, para volunteer di Kelas Inspirasi ini adalah ‘mimpi yang hidup’ karena dari cerita merekalah diharapkan anak-anak SD ini dapat terinspirasi untuk bercita-cita setinggi mungkin.

Beruntung saya memiliki kesempatan untuk menyaksikan sendiri bagaimana ‘mimpi-mimpi yang hidup’ ini membangkitkan mimpi adik-adik di SDN Kedungdoro III Surabaya ini. Dan ‘mimpi-mimpi yang hidup’ ini adalah Bapak Taufiq dari BPPT Surabaya, Bapak Adhi dari Mechanimotion, Bapak Samuel, seorang trainer yang datang jauh-jauh dari Bekasi, dan Bapak Alwi yang setia mengabadikan tiap momen bersejarah ini.

Kelas Inspirasi ini mengambil fokus untuk kelas 4, 5, 6 SD karena dianggap telah cukup dewasa untuk menentukan apa cita-cita mereka dan bapak-bapak di atas tadi dengan semangat yang terpancar dari sinar mata mereka, berhasil menginspirasi adik-adik dari tiga kelas ini dalam waktu pertemuan 3×45 menit alias 135 menit, non-stop!

Kami memulai kelas pada pukul 10 kurang beberapa menit, kelas kami dimulai lebih siang karena paginya masih ada UTS untuk kelas 1, 2, dan 3, sebenarnya pun hari ini kelas 4, 5, dan 6 ada UTS, namun demi acara ini para guru bersepakat untuk menjadwal ulang UTS tersebut khusus untuk anak-anak kelas 4, 5, dan 6.

Dari ketiga inspirator di atas, semuanya memiliki cerita dan gaya berbeda dalam menceritakan inspirasi mereka, oleh karena itu kami membuat kelas inspirasi di SDN Kedungdoro III ini secara moving class, jarang-jarang kan mereka mencoba moving class seperti sekolah-sekolah bule yang di televisi, hehe.

Kelas yang pertama adalah kelas Pak Taufiq, seorang peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Meskipun di awal Pak Taufiq sempat terlihat gerogi, tapi sang inspirator tidak kehabisan akal untuk memulai mencairkan suasana dengan ice breaking sebelum memulai cerita tentang profesi beliau. Di kelas 6 yang pertama beliau ajari cukup mengejutkan karena hampir tidak ada anak-anak yang bercita-cita menjadi insinyur, kebanyakan dari mereka bercita-cita menjadi ahli agama, wow. Setalah perkenalan, Pak Taufiq mulai menceritakan profesinya dengan menunjukkan video perlombaan tarik tambang, dan meminta adik-adik untuk menyebutkan apa yang menarik dari pertandingan itu untuk mereka, Pak Taufiq sendiri menutup pertanyaan tersebut dengan jawaban bahwa tali tamparnya lah yang menarik untuk beliau, tanya kenapa?

Pak Taufiq memancing interaksi dengan adik-adik dengan menunjukkan bagaimana listrik itu dihasilkan di negara asal pemain sepak bola, Ronaldo, yaitu negara Portugal. Mendengar nama Ronaldo, anak-anak laki-laki pun langsung bersemangat mendengar ceritanya, dan tahukah kamu bahwa ternyata listrik yang di hasilkan di Protugal berasal dari tenaga ombak, dan alat yang menghasilkan listrik itu berbentuk seperti tali tampar yang digunakan di pertandingan tarik tambang tadi, konon hanya enam ‘tali tampar’ ini dapat menghidupkan listrik se-kota Surabaya! Dan ternyata inilah yang diteliti Pak Taufiq di BPPT, yaitu untuk menyiapkan pembangkit listrik tenaga ombak untuk Indonesia, kita tahu laut Indonesia ombaknya besar, maka ini akan menjadi investasi yang sangat luar biasa untuk negeri kita. Anak-anak pun semakin bersemangat mendengar cerita ini. Tidak hanya bercerita tentang pembangkit listrik tenaga ombak, Pak Taufiq pun menceritakan proyek-proyek beliau yang lain, seperti uji tahan mobil dan mengukur berat kereta, beliau bahkan membawa contoh alat yang digunakan untuk mengukur tersebut, dan anak-anak dipersilakan untuk mencobanya, mereka memukul sebuah lempengan sekuat mereka kemudian besar kekuatan hantaman itu akan terlihat di layar laptop yang disambungkan ke proyektor, anak-anak pun berlomba-lomba untuk menjadi penghantam yang paling kuat. Terinspirasi oleh Pak Taufiq, akhirnya di kelas tersebut ada yang bercita-cita menjadi peneliti seperti beliau, dialah yang bernama Fajar, anak pendiam yang membuktikan kalau siapapun boleh punya cita-cita setinggi langit. Kelas pun ditutup dengan kata-kata inspiratif dari penemu TV plasma yang kita nikmati sekarang, kata-kata tersebut adalah:
  1. Gapailah mimpimu
  2. Cepat lakukan, jangan banyak dipikir
  3. Renungkanlah
  4. Jangan pernah menyerah

“Jangan pernah menyerah” tulisan itu pula yang senantiasa menyemangati Pak Taufiq di tempat kerja beliau, dan mungkin sekarang juga mulai menyemangati kami yang melihatnya.

Beralih dari peneliti, saya pun menuju kelas sang trainer, Pak Samuel, tentu bapak ini sangat lancar menginspirasi anak-anak, beliau menceritakan kisah Oscar Pistorius, seorang atlet lari dari Afrika Selatan yang dilahirkan tanpa kaki, bagaimana Oscar dibesarkan di keluarga yang selalu mendukungnya untuk tidak merasa berkecil hati sampai akhirnya ia bisa berkarir di dunia olah raga meskipun dangan alat bantu, dan ia menjadi atlet untuk membesarkan nama negaranya, hingga suatu saat ketika kehidupannya sudah sangat berlimpah, Oscar menembak pacarnya dan seketika itu pula sang pacar meninggal. Pak Samuel berusaha menyampaikan kepada anak-anak bahwa siapapun di dunia ini dapat sukses dan kesuksesan itu sendiri tergantung dari seberapa besar kita mau berusaha, juga jalan apapun untuk mencapai kesuksesan itu bukanlah perkara besar yang penting bisa mencapai tujuannya, dan terakhir yang paling penting adalah untuk selalu bersyukur, beliau mengatakan bahwa Oscar termasuk orang yang tidak bisa bersyukur karena walaupun dalam kehidupan yang sudah sangat nyaman ia masih bisa tega membunuh pacarnya. Dari cerita tentang Oscar ini ada seorang dari kelas V yang bercita-cita menjadi pemain sepak bola, agar bisa mengharumkan nama Indonesia katanya karena menurutnya pemain sepak bola Indonesia sekarang mainnya masih ga enak, hehe.

Dan sebelum yang terakhir, ada kelas, Pak Adhi, sang animator dan penulis kisah Garuda Riders dengan latar belakang cerita Ramayana setelah ribuan tahun lamanya. Siang ini Pak Adhi menjelaskan tentang animasi dengan menggunakan wayang yang tokohnya diambil dari kisah Garuda Riders yang beliau tulis, yaitu Naradja Wanara. Kebetulan di kelas VI saat itu ada Ainul dan teman-teman yang menjadi juara mendongeng se-kecamatan Tegalsari, mereka pun mendapatkan kesempatan untuk mendongeng dengan menggunakan wayang karakter modern itu, mereka pun membuat dongeng berantai yang cukup menghibur kelas siang ini. Selain menggunakan wayang, Pak Adhi pun menampilkan animasi Garuda Riders dari tablet yang beliau bawa, anak-anak pun langsung menyerbu ke depan kelas untuk melihat dari dekat animasi sekelas Naruto yang asli Indonesia itu. Meskipun semua yang maju ke depan kelas itu anak laki-laki, saya melihat ada seorang anak perempuan yang matanya berkilat seperti ingin melihat ke depan juga tapi sayang terlalu malu, dan di akhir kelas pun saya baru mengetahui ternyata anak perempuan tersebut bercita-cita menjadi animator!

Semua kelas sudah selesai kini saatnya bersiap-siap untuk menuliskan cita-cita mereka yang setinggi langit! Sebelumnya di lapangan, Pak Samuel mengumpulkan adik-adik kelas 4, 5, dan 6 untuk berbagi cerita tentang presiden Korea Selatan yang sudah diganti, yaitu Lee Myung Bak, masih tentang inspirasi, cerita Lee Myung Bak juga menunjukkan bagaimana tekad dan usaha yang kuat dapat melawan apapun untuk mencapai tujuan kita. Pak Samuel juga mengingatkan anak-anak kelas VI untuk mulai mempersiapkan diri mengejar cita-cita mereka dengan menentukan kemana mereka ingin melanjutkan pendidikan menengah pertamanya. Selesai dengan cerita inspiratif, para relawan membagikan kertas warna-warni yang berbentuk tangan kepada para peserta kelas inspirasi, di kertas tersebut mereka diminta untuk menuliskan cita-citanya, meskipun masih ada di antara mereka yang saling meniru cita-cita satu sama lain namun mereka tetap bersemangat untuk mempunyai cita-cita.

Sebelum akhirnya menempelkan kertas-kertas tersebut di tempat yang sudah disediakan, anak-anak diminta untuk membacakan cita-cita mereka di depan teman-teman mereka dan mengucapkan mantra “Aku bisa!”, meskipun awalnya malu-malu, setelah beberapa anak mau maju yang lain jadi ikutan ingin maju juga, hehe. Yang tidak dapat kesempatan maju juga diminta untuk mengucapkan cita-citanya ke dua teman lainnya lalu meminta tanda tangan mereka, dengan ini diharapkan mereka akan saling mengingatkan satu sama lain untuk mimpinya yang sudah berada dalam angan mereka.

Selain ditempel di sekolah, adik-adik juga menulis cita-cita mereka di kertas yang berbeda untuk ditempelkan di balon dan akhirnya di terbangkan, anak-anak pun semakin heboh ingin mendapatkan balon, di tengah keributan itu terdengar anak-anak yang berkata kalau dia pasti bisa mencapai cita-citanya :”)

Acara siang ini kami tutup dengan foto bersama, murid, guru, relawan, semua dengan kesan masing-masing di tempat khusus di hati mereka.

Mengutip dari twit seorang teman panitia Kelas Inspirasi Surabaya, Ajeng, “Kalau aku bilang, #KelasInspirasi merupakan perayaan sehari buat orang-orang yg mau turun tangan utk pendidikan Indonesia.” Iya, ini memang hari perayaan itu, hari ini telah dibuktikan bahwa guru-guru SD kita benar, bahwa budaya bangsa kita adalah bergotong-royong, termasuk bergotong-royong untuk pendidikan yang lebih baik, dan budaya ini akan senantiasa berlanjut karena satu orang telah menularkannya kepada satu orang lainnya, dan satu generasi telah menginspirasi satu generasi setelahnya.

—–
Tulisan ini juga dipublikasikan sebelumnya di website Kelas Inspirasi http://kelasinspirasi.org/?page=infoki_blog